Ehmmmm… kalau dihitung- hitung, Tante sudah berkarya diperusahaannya selama hampir sepuluh tahun. Merunut ceritanya sih, dia udah pernah ngerasain beberapa jenis pekerjaan dari beberapa bagian yang ada di perusahaannya.
Hampir sepuluh tahun… ckckckck… lama juga ya?! wah pastinya si tante udah di posisi kepala cabang, manager atau minimal supervisor laaah… 10 tahun gitu lohh 🙂
tante tampak mulai kehilangan gairah, saat cerita bahwa ternyata dia masih tetap saja menjabat sebagai staf. Whattttttt?!!!!! gak salah nih? 10 tahun masih jadi staf?. ‘Apa gak mau naik pangkat tan? gak mau dipindah kerja? gak ada peluang untuk naik pangkat?”, itulah rombongan pertanyaanku hari itu.
“Ah… aku juga gak tau. Beberapa kali sudah aku ikut test di perusahaanku untuk peluang promosi dan sejumlah test itu pula aku gagal. Nggak pernah jelas penyebab kegagalanku karena setiap aku tanyakan jawabannya adalah jawaban klise.
Parahnya, dan tidak sekali saja aku jumpai; ada orang yang tidak ikut test namun ternyata dia dapat surat perintah untuk naik pangkat!. Enak banget!!! hanya karena dia punya kenalan, di direkomendasikan atau dekat dengan pimpinan.
Gairahku sudah hilang untuk terus berkarya. Mendingan aku kerja saja apa adanya toh gajiku gak berkurang”, jawab si tante dengan sering sekali menarik nafas panjang.
Aaaahhhhhhh… ternyata tidak sedikit yang mengalami hal yang sama. Cerita seperti ini bukan sekali ini aku dengar. Topiknya sama kadang judulnya juga sama persis.
Perusahaan tante itu adalah anak perusahaan BUMN mapan dinegara ini. Masa’ sih sistem ke-HRD-an nya masih seperti itu?! kalaupun memang demikian, bagaimana bisa perusahaan si tante bisa jadi salah satu perusahaan yang ternama di negara ini?. Memang tepat juga kalau ada yang mengatakan “don’t judge a book from it’s cover” kelihatannya aja covernya bagus tapi ternyata bisa jadi dalamnya banyak hal2 yang busuk… ckckckck
Kalau diingat-ingat, apa sih tools yang dipunyai HRD? selain laporan kinerja dari para atasan. Laporan absensi. Laporan training. Laporan kedisipilinan dan data latar belakang karyawan?
nah, masalahnya kadang yang lebih dominan adalah faktor atasan. Atasanlah yang bisa memberikan penilaian, saran dan rekomendasi kepada HRD bila ada peluang untuk promosi bagi jajaran staf. Banyak kejadian dimana staf rajin, produktif dan disiplin namun tidak bisa naik, hanya karena dia kurang dikenal oleh atasannya. Namun ada juga sebaliknya.
lalu, dimanakah peran HRD itu sebenarnya? hanya eksekutor tanpa punya standard penilaian? Beranikah HRD melawan “keputusan” para atasan karena tidak sesuai dengan standard2 HRD?
Hari itu Tante bercerita dengan semangat membara. Gairahnya tentang kerja dan hidup tampak menggelora. Perkataannya berapi-api namun bernada ceria.
Oalaah, ternyata tanteku punya manager baru yang katanya bakalan lebih merhatiin anak buahnya. Lebih proaktif “mempromosikan” stafnya untuk bisa naik pangkat.
Syaratnya ada dua bagi staf yang ingin dapat peluang lebih besar:
- Attitude dijaga (absensi dan kedisipilinan)
- Memiliki nilai jual untuk ditawarkan.
Well, semoga gairahmu terus menggelora tante dan semoga gairah itu juga yang mengantarmu untuk segera dapat pasangan yang kemudian bisa aku panggil Om.
kalau disuruh milih, mendingan naik pelaminan daripada naik pangkat hahahaha 🙂
Note: Tulisan diatas adalah tulisan tidak jelas yang tidak menimbulkan efek negatif berlebih bagi pembacanya. (mungkin hanya sedikit pusing dan eneg hehehehe)